beranda

Friday, January 20, 2012

ORANG YANG MENDAPAT SIKSA HEBAT DI HARI PEMBALASAN IALAH ORANG ALIM YANG TIDAK PUNYA MANFAAT DARI ILMUNYA


Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat ialah orang alim yang tidak di beri manfaat oleh Allah SWT.Dengan ilmu-nya

Rosulullah Saw telah bersabda yanhg artinya sebagai berikut, “Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat ialah orang alim yang tidak di beri manfaat oleh Allah SWT.Dengan ilmu-nya”

Kemudian Rosulullah Saw bersabda pula, “Barang siapa yang bertambah ilmunya serta tidak bertambah petunjuk yang diperolehnya, maka ia pun akan semakin jauh dari Allah SWT”

Seorang yang alim menekuni suatu ilmu akan mengalami dua kemungkinan yaitu kebinasaan atau kebahagiaan abadi.Menurut Al-Khalil bin ahmad Berkata bahwa manusia itu ada 4 macam:

1. Ada seorang yang tahu dan tahu bahwa ia mengetahui, Maka itulah orang alim dan ikutilah Dia.

2. Ada orang yang tahu dan tidak tahu bahwa ia mengetahui maka itulah orang yang tidur dan bangunkanlah dia.

3. Ada orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa ia tidak mengetahu, maka itulah orang yang memerlukan bimbingan dan ajarilah dia.

4. Ada orang yang tidak tahu dan ia tidak tahu bahwa ia tidak mengetahui, maka itulah orang yang bodoh dan waspadalah terhadapnya.

Berkata Sufyan, “Ilmu memanggil amal”

Apabila ia menjawab ilmu itu akan bermanfaat. Apabila ia tidak menjawab maka ilmu itu pergi. Allah SWT berfirman yang artinya “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya Ayat-ayat kami (Pengetahuan tentang isi Al-kitab) Kemudian ia melepaskan diri daripada Ayat-ayat itu” (Qs. AL-Araf:175)

Ulama Akhirat adalah mereka yang tidak makan didunia dengan mengorbankan agama dan tidak menjual akhirat dengan mengorbankan dunia, karena mereka mengetahui kemuliaan Akhirat dan kehinaan dunia. Barang siapa tidak mengetahui pertentangan dunia dengan akhirat dan bahayanya, maka ia pun bukan ulama. Dan barang siapa yang mengingkari hal itu, maka ia pun telah mengingkari apa yang di tunjukkan oleh Al Qur’an dan kabar-kabar serta seluruh kitab yang diturunkan dan perkataan seluruh Nabi. Barangsiapa mengetahui hal itu sedang ia tidak mengamalkannya, maka ia adalah tawanan setan. Syahwatnya telah membinasakanya, dan ia pun diliputi kesengsaraan. Barangsiapa meneladaninya, ia pun binasa. Bagaimana bisa di anggap termasuk golongan Ulama orang yang demikian derajatnya.

Allah Swt. Telah berfirman terhadap dawud, “Tahukah engkau apa yang aku lakukan dengan orang alim jika ia lebih menyukai syahwatnya daripada aku? Aku Haramkan dia dari kenikmatan bermunajat kepada –Ku. Hai Dawud, janganlah Tanya kepada-Ku tentang seorang alim yang telah di mabukkan oleh dunia sehingga ia mencegahmu dari jalan untuk mencintai aku. Mereka itu adalah penyamun hamba-hamba-Ku. Hai dawud, Apabila engkau melihat seseorang pencari ilmu, maka jadilah engkau sebagai pelayannya. Hai dawud barangsiapa mengembalikan kepada-Ku orang yang loari, aku pun menetapkannya sebagai Syahid dan siapa yang aku tetapkan sebagai Syahid, maka aku tidak menyiksanya dengan api selama-lamanya”. Begitu pula Al-hasan berkata,”Hukuman para ulama ialah kematian hati dan tandanya ialah mencari dunia dengan mengorbankan amalan akhirat”

BerkataUmar ra “Apabila kamu melihat orang alim mencintai dunia maka tuduhlah dia atas agamamu, karena setiap pencinta itu menekuni apa yang dicintainya” Yahya bin Muadz Ar Razi berkata kepada ulama duniawi, “Hai orang-orang berilmu, istana-istana kalian seperti istana kaisar, rumah-rumah kalian seperti rumah kisra, baju-baju kalian zahiriah, kendaraan-kendaraan kalian seperti kendaraan Qorun, Gelas-gelas kalian seperti Fir’aun, jamuan-jamuan kalian seperti jamuan jahiliyah, dan madzhab-madzhab kalian adalah madzhab setaniah, maka dimana Syariat Muhammadiyah” ia bersenandung, “Pengembala kambing melindunginya dari serangan srigala, maka baginya pula bila para gembala mempunyai srigala-srigala”

Ada juga yang mengatakan, “Hai para pembaca AL-Qur’an, hai garam negeri, tidaklah baik garam itu bisa ia rusak”

Orang yang alim menjalankan agama itu, patutlah makanan dan pakaiannya, tempat tinggal dan segala yang berkaitan dengan penghidupannya dunia bersipat sedang. ia tidak condong kepada kemewahan dan tidak suka bersenang-senang serta tidak berlebih-lebihan dalam kemewahan ini, jika ia tidak bersifat zuhud.

Ihya' ulumuddin



No comments:

Post a Comment