silakan renungkan perumpamaan ini.
Seorang lelaki
mempunyai tiga orang anak. dua orang anaknya sangat dicintai dan sangat
disayang. Tapi yang seorang tidak begitu disayangi adapun anak yang dua orang
itu segala keinginannya tidak pernah di tolaknya.apapun permintaan anaknya selalu
diturutinya, tapi anak yang seorang ini tidak begitu di perhatikan dan kadang
di tinggalkan ataupun dilupakan, akan tetapi si anak ini tahu diri , meskipun
dia tidak diperhatikan, tapi dia tetap mencintai orang tuanya, dan tetap ingin
membela orang tuanya.
Pada suatu
masa si orang tua tersebut terlibat suatu perkara, yang dia sendiri tidak tahu
persoalannya. Si orang ini harus menghadap kepengadilan, untuk diminta
pertanggungjawaban mengapa dia harus disidang. Ia menjadi panik dan bingung,
karena ia merasa tidak pernah membuat kesalahan, dia berfikir, dia kan
mempunyai dua orang anak yang begitu disayang dan dimanja. Kini wajarlah
jika dia sebagai orang tua meminta bantuan atau pertolongan kepada dua orang
anaknya. Siapa tahu anaknya itu dapat membbela dia dalam sidang dipengadilan.
Lalu dia datang
kepada anak yang pertama dan diterangkan duduk perkaranya dan akan meminta
pertolongan dari anaknya, tapi anak ini lalu berkata
“Ayah tidak
perlu meminta bantuan dari saya, ayah harus pikir, ayah yang berbuat maka ayah
yang harus bertanggungjawab . bukan saya. Biar bagaimanapun juga saya tidak
dapat menolong ayah.”
Dengan sedih
hati orang tua itu pergi dan berniat akan pergi menemui anaknya yang ke dua,
dan akan meminta bantuannya, akan tetapi setelah anak itu ditemuinya serta di
ceritakan hal ikhwalnya. Apa jawab anaknya?
“ayah jangan
mempunyai hati pengecut. Ayah yang di panggil ke pengadilan, ayah sendiri yang
harus berani menghadapi perihal diri ayah, tidak ada sangkut pautnya dengan
saya”
Kemudian ia
teringat akan anaknya yang seorang lagi, yang tidak terlalu dia perhatikan, barangkali
saja dapat diminta bantuannnya, setelah menjumpainya ia disambut dengan baik
dan setelah ia menerangkan duduk perkaranya, dengan spontan anak itu berkata:
“ayah kalau
begitu biarkanlah serahkan kepada saya persoalan ini, sayalah yang akan membantu
ayah menghadapi persidangan itu. Saya akan mendampingi ayah maju ke sidang pengadilan. Mudah-mudahan persoalan ayah
jadi beres dan selesai”
Maka perumpamaannya
adalah:
siapakah
orang tua itu?
Dan siapakah dua orang anaknya yang disayang?
dan siapakah
anaknya yang tidak disayang?
Orang tua
itu adalah misalnya tiap-tiap diri manusia baik lelaki atau perempuan. Dua orang
anak yang sangat dicintainya, adalah (Harta dunia, anak dan istrinya) anak yang
disia-siakan adalah amal ibadahnya.
Pada umumnya orang tertentu sangat sayang
kepada anak dan istri serta harta bendanya. Terbukti sikap-sikap manusia rata-rata demikian, tetapi tidak
cinta kepada amal ibadah, manusia rata-rata cinta kepada anak istri dan harta, selagi
hidup di alam dunia ini.
Akan tetapi ketika malaikatul maut mengambil nyawanya
maka nyatanya anak dan isteri serta hartanya tidaklah turut serta dikubur
bersama dia. Maka nyatalah sayangnya anak dan istri itu selagi ia masih hidup,
selagi ruh masih berada dala badannya. Tetapi amal ibadat yang tidak begitu
dicintainya itulah yang turut serta masuk ke alam kubur dan yang kelak membela
dia di dalam kubur dan dialam akhirat.
Memang tidak
semua manusia yang mencintai amal ibadat, tetapi yang lebih banyak adalah
membenci amal ibadat. Maka tiap-tiap orang yang meninggalkan amal ibadat solat
dan puasa dan sebagainya. dan tiap orang yang melakukan perbuatan maksiat,
itulah orang yang terang-terangan membenci amal ibadatnya. Padahal amal itulah
yang akan menolong dia di alam kubur dan persidangan di alam akhirat.
Andaikata sama
sekali dia tidak memperhatikan akan kehendak amal ibadatnya janganlah ia
mengharap akan dapat pembelaan dari amalnya itu.
Oleh karena
itu janganlah kita cuman mencintai anak dan istri serta harta saja ,tapi
cintailah juga amal ibadat. sebelum kita di panggil pulang menghadap pengadilan
Tuhan.
No comments:
Post a Comment