beranda

Friday, January 24, 2014

MARAH DAN RIDONYA IBU ALQAMAH

MARAH DAN RIDONYA IBU ALQAMAH


Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah. Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, “Suamiku, Alqamah sedang sekarat.” Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya.
Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda, “Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat.” Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah’ sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup?” Utusan itu menjawab, “Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta.” Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, “Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu.” Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya.
lbu itu berkata, “Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya.” lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya, “Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku.”
Bagaimana keadaan anakmu Alqamah? Ia berkata, “Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah.” Rasulullah bertanya, “Lalu bagaimana dengan dirimu?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, “Mengapa begitu?” Ia menjawab, W”ahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat.” Beliau berkata lagi, “Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak!” Ibu itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan?” Rasulullah menjawab, “Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu.” lbu itu berkata, “Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia.”
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya.” Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta’ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah.” Rasulullah 


Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan Ia ilaha illallah atau tidak!” Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan Ia ilaha illallah.
Bilal masuk dan berkata, “Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya.” Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah maha raja, maha Agung Mahamulia dan Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
 

No comments:

Post a Comment