Saudariku,
Pada saatnya nanti kan tiba, engkau akan menjadi istri -Insya Allah-.
Atau bahkan sekarang ini pun engkau sudah menjadi istri. Dan sudah
barang tentu engkau pasti ingin menjadi wanita shalihah lagi berakhlak
karimah. Ciri khas wanita shalihah yaitu wanita yang selalu berusaha
merebut hati, mencari cinta suami, selalu mengharap ridha suaminya agar mendulang pahala, demi
meretas jalan menuju Al-Firdaus Al-A’la…di sanalah, dia akan berharap
bisa menjadi
“PERMAISURI” suaminya ketika di dunia.
Lalu, lewat jalan manakah hati seorang lelaki akan terebut…dan
ridhanya pun menyambut, sehingga dua jiwa dalam satu cinta akan bertaut?
Saudariku…Bunga-bunga cinta suami dapat mekar bersemi,
Harum semerbak mewangi di taman hati,
Jika ia senantiasa disirami
Manis ucapan, santun perkataan, lembut perlakuan, dan baiknya
pergaulan seorang wanita akan menjadi siraman yang dapat menumbuhkan
benih-benih cinta di hati sanubari sang suami. Dan bukan hal yang
mustahil, karena akhlakmulah, duhai wanita…hati suami pun akan mencinta.
Agar memiliki akhlak wanita yang mulia, seorang wanita seyogyanya
berkiblat pada figur wanita abadi nan sempurna. Sosoknya banyak
digambarkan dengan parasnya yang sungguh sangat cantik jelita. Kiranya
engkau pun tahu…karena dia adalah…bidadari surga.
Bidadari surga teramat istimewa, wanita yang Allah ciptakan dengan
penuh kesempurnaan yang didambakan pria. Dengan segala keistimewaan yang
ada dalam dirinya, kiranya itu menjadi tantangan bagi wanita dunia
untuk bisa berusaha menyamai karakteristik bidadari surga. Menyinggung
soal karakteristik, tentunya wanita dunia tidak akan mampu bersaing
dengan bidadari dalam urusan fisik, dan yang bisa kita contoh adalah
ciri khas akhlaknya. Baiklah, mari kita bersama-sama telusuri tabiat
yang khas dari bidadari surga.
Cantik Parasnya, Baik Akhlaknya, dan Harum Bau Tubuhnya
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan keelokan dan kecantikan yang sungguh sempurna, sebagaimana yang tergambar dalam ayat berikut,
وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
” Dan Kami pasangkan mereka dengan bidadari – bidadari yang cantik dan bermata jelita. ” (Qs. Ath-Thur: 20) – bagian yg berwarna sebaiknya dibuang, agar sesuai dg terjemahannya
Huur ( حور) adalah bentuk jamak dari kata haura (حوراء ) yaitu wanita muda usia yang cantik mempesona, kulitnya mulus dan biji matanya sangat hitam.
Hasan berkata, “Al-Haura (الحوراء )adalah wanita yang bagian putih matanya amat putih dan biji matanya sangat hitam.”
Zaid bin Aslamberkata, “Al-Haura adalah wanita yang matanya amat putih bersih dan indah.”
Muqatilberkata, “Al-Huur adalah wanita yang wajahnya putih bersih.”
Mujahid berkata, “Al-Huur Al-’Iin (الحور العين ) adalah
wanita yang matanya sangat putih dan sumsum tulang betisnya terlihat
dari balik pakaiannya. Orang bisa melihat wajahnya dari dada mereka
karena dada mereka laksana cermin.”
Seorang penyair berkata,
Mata yang sangat hitam di ujungnya telah membunuh kita
Lalu tak menghidupkan kita lagi
Menaklukkan orang yang punya akal hingga tak bergerak
Dan mereka ialah makhluk Allah yang paling indah pada manusia
Benarlah memang, karena wanita juga akan tampak terlihat lebih
menawan jika ia bermata indah, dengan kelopak mata yang lebar, berbiji
mata hitam dikelilingi warna putih lagi bersih.
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ
“Di dalam surga – surga ada bidadari – bidadari yang baik – baik lagi cantik – cantik.”. (Qs. Ar-Rahman: 70)
Khairaatun ( خَيْرَاتٌ ) adalah jamak dari kata khairatun, sedangkan hisaan adalah bentuk jamak dari hasanatun
( حسنة). Maksudnya, bidadari – bidadari tersebut baik akhlaknya dan
cantik wajahnya. Beruntunglah seorang pria yang diberi anugrah wanita
secantik akhlak bidadari surga. Perhatikan dan tanyakan pada diri kita…
Apakah kita sudah sepenuhnya memenuhi hak-hak suami, memuliakannya
dengan sepenuh hati dan segenap jiwa? Apakah kita sudah berterima kasih
atas kebaikannya? Pernahkah kita menyakitinya dengan sadar atau tidak??
Duhai istri…Suami yang beriman merupakan orang yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan marah jika engkau menghina dan menyakiti lelaki yang memiliki kedudukan yang mulia di sisiNya. Sebagai gantinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menugaskan para bidadari untuk menjunjung kemuliaan suami-suami mereka di dunia ketika para istri menyakiti mereka - sekalipun sedikit - di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya ketika di dunia,
melainkan istri suami tersebut yang berasal dari kalangan bidadari akan
berkata, ‘Jangan sakiti dia! Semoga Allah mencelakakanmu, sebab dia
berada bersamamu hanya seperti orang asing yang akan meninggalkanmu
untuk menemui kami.” (Hr. Tirmidzi dan Ahmad. Menurut Imam Tirmidzi, ini hadits hasan)
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu’anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sekiranya ada seorang wanita penghuni surga, yang menampakkan
dirinya ke bumi, niscaya ia akan menerangi kedua ufuknya serta
memenuhinya dengan semerbak aroma. Kerudungnya benar-benar lebih baik
daripada dunia dan seisinya.” (Hr. Bukhari)
Saudariku, sebagaimana kita ketahui…kecantikan paras wanita dunia
seperti kita sangatlah minim jika dibandingkan kecantikan paras bidadari
surga. Kita niscaya tidak akan mampu menandingi kecantikan mereka,
namun apakah kita harus bersedih? Sama sekali tidak!
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang beraneka rupa,
sebagai tanda dari kehendak dan kekuasaanNya. Maka terimalah apapun yang
telah Ia karuniakan bagimu, karena itu yang terbaik untukmu. Meskipun
wajah kurang cantik dan fisik kurang menarik, janganlah takut untuk
tidak dicinta. Berhiaslah dan percantiklah dirimu dengan hal – hal yang
Allah halalkan, karena istri shalihah bukan hanya yang tekun beribadah
saja, namun seorang istri yang bisa menyenangkan hati suami ketika suami
memandangnya.
Saudariku… Dan apakah kau lupa, fitrahmu sebagai wanita yang tentu
suka akan perhiasan? Perhiasan terkait dengan makna keindahan, sehingga
seorang perempuan shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi
suaminya… karena wanita adalah salah satu sumber kebahagiaan lelaki.
Apabila seorang istri senantiasa melanggengkan berhias dan mempercantik
diri di hadapan suami, itu akan menjadi hal yang menambah keintiman
hubungannya dengan suami. Sang Suami pun tentu akan semakin cinta pada
istri pujaan hatinya insyaallah.
Bagi saudari-saudariku pada umumnya serta saudara-saudaraku pada
khususnya, enak dipandang dan menyenangkan hati bukan berarti harus
cantik sekali bukan? Dan berhias pun tidak harus menggunakan aksesori
yang terlalu mahal . Lalu bagaimana jika Allah menentukan engkau
mendampingi lelaki yang secara materi belum mampu “madep mantep“? (baca: hanya cukup untuk membiayai kebutuhan pokok)
Aku ingatkan engkau pada nasihat para pendahulu kita kepada putrinya…
Abul Aswad berkata pada putrinya, “Janganlah engkau cemburu, dan
sebaik-baik perhiasan adalah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik –
baik wewangian adalah menyempurnakan wudhu.”
Ketika Al-Farafisah bin Al-Ahash membawa putrinya, Nailah, kepad Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, dan Beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan ucapannya, “Wahai
putriku, engkau didahulukan atas para wanita dari kaum wanita Quraisy
yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka peliharalah dariku dua hal
ini: bercelaklah dan mandilah, sehingga aromamu adalah aroma bejana
yang terguyur hujan.”
Memang tubuhmupun dicipta tiada bercahaya dan harum mewangi
laksana bidadari, namun engkau tentu bisa memakai wewangian yang
disukai suamimu ketika engkau berada di kediamanmu bersamanya, dengan
begitu penampilanmu tambah terlihat menawan dipandang mata.
Bersambung insyaallah
***
Artikel muslimah.or.id
No comments:
Post a Comment